Kamis, 20 November 2008

Pengertian dunia dan akhirat


[QS.57/20] Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Jadi dalam terminologi al Quran kehidupan dunia adalah kehidupan yang mencintai hawaa atau nafsu, dimana kehidupan itu diukur dengan standard kecintaannya pada materi. Seperti yang disebutkan dalam ayat tersebut.

Artinya manusia itu sudah menjadikan kehidupan meterialistis sebagai tolok ukur sukses atau tidaknya kehidupan ini, sedangkan bagi Allah ukuran nilai seseorang adalah ketika dia taat kepada Allah, hanya menjadikan Allah sebagai Ilah, sebagai Robb dan sebagai Malik, tidak ada tnadingan untuk ketaatan kepada Allah.

Kalau manusia sudah bisa menegakkan syariat Allah maka Allah akan mencurahkan rejeki bumi (kekayaan) dan langit (wahyu)

[QS.6/66] Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.

Banyak lagi janji-janji Allah kepada manusia untuk memberikan kesejahteraan. keamanan dan kurnia yang lainnya.

Sedang akhirat adalah hasil akhir daripada perjuangan mu'min dalam menegakkkan diin, yaitu berupa kemenangan diin Islam atas diin-diin lain. Kemenangan itu adalah berupa diberikannya kekuasaan bumi kepada mu'min. Hari akhirat didalam al Quran disebut juga sebagai kari qiyamah (kebangkitan mu'min). Dari kata qoma, yaqumu, qiyaman (bangkit).

Pengertian yang umum berlaku adalah kehidupan dunia adalah kehidupan waktu manusia hidup, kehidupan akhirat adalah kehidupan manusia sesudah mati. Waktu hidup maka dirinya bisa mengatur sendiri apa-apa yang dikehendaki, kalau ada kesulitan barulah mereka meminta kepada Allah. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan hewani, sebab manusia adalah makhluk sosial ciptaan Allah, maka dirinya kemana ia berada tidak bisa melepaskan diri dari aktifitas sosial. Kalau dia melakukan sesuatu maka pasti ada efek sosial, walaupun menurut dirinya apa saja miliknya dia bebas menggunakannya. Misal tatkala dia menggunakan hartanya untuk foya-foya atau bermegah-megah, maka menurut pendapatnya tidak salah. Padahal dengan apa saja yang dilakukannya itu maka pastilah ada efek sosialnya yaitu dia akan memberikan efek kepada orang lain, jika dia berbuat maksiat maka ada orang lain yang menjadi korban oleh keinginan hawa nafsunya, ada manusia lain yang diperbudak untuk memenuhi hawa nafsunya.

Orang seperti itu adalah anti sosial, apalagi kalau diyakini bahwa didalam rijkinya ada hak Allah yang harus ditunaikan. Kalau hak Allah itu lalai ditunaikan maka dalam masyarakat akan terjadi kepincangan sosial (social gaps) yang makin lama makin membesar. Orang yang punya uang yang kehidupannya diatur berdasarkan prinsip materialime maka dengan mudah dia dapat membeli hak azazi manusia, dengan mudah dia dapat membeli kehormatan manusia, dengan mudah dia dapai membeli suara manusia. Akhirnya orang-orang kecil terpaksa menjual hak-haknya, hak sekolahnya menjadi sirna karena sekolah dibeli oleh orang kaya, hak untuk berniaga dengan keuntungan yang lumayan sirna karena diambil alih oleh pemain monopoli dan oligopoli, hak untuk beribadah denagn benar dipasung karena aturan yang diberlakukan kepada mereka adalah aturan buatan manusia, hak untuk memperoleh kedilan menjadi hilang kareena ketidak berdayaan mereka untuk membayar "harga" keadilan dst, dst..

Allah itu dengan syariatNya mengatur agar manusia hidup dalam keseimbangan (mizan), yaitu seimbang dalam keadilan, pembagian pendapatan, hak-hak paling dasar sekalipun. Allah mennjuukan kepada manusia bahwa dengan diinNya Allah mampu mengatur alam sehingga semuanya aslama, semuanya barokah, semuanya mizan. Sangat mudah bagi Allah untuk membuat manusia itu aslama, hanya saja kepada manusia yang menolak diin Islam diberikan masa tangguh I (satu) milenium untuk dapat melakukan apa saja yang mereka sukai.

Setelah masa itu habis, maka kekuasaan itu akan diberikan kepada mu'min yang berjuang untuk menegakkan diin Allah. Saat ini masa itu hampir habis, maka kita harus berjuang untuk mencapai hari akhirat itu.

Sebagaimana contoh alam, bahwa sehabis malam tentulah akan datang siang, begitulah kehidupan manusia sehabis dhulumat yaitu kehidupan chaostic yang penuh dengan aroma hawahu, panas-panasan, persaingan untuk saling menjatuhkan, karena hidup mereka diatur diatur berdasarkan isme-isme (diin-diin) selain diin Allah akan segera berakhir. Terserah kepada manusia apakah mereka mau-duduk-duduk, santai, cuek. Tetapi bagi mu'min yang mengerti perumpamaan itu sekarang sedang bangkit.menyongsong hari akhirat, yaitu hari dimana bumi itu terang-benderang karena Nur Allah akan memancar kembali.

Maka orang yang mencintai kehidupan dunia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali neraka (kehidupan chaostic)

[QS.11/15] Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
[QS.11/16] Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?

Maka yang disebut amalan sholih itu adalah tatkala manusia mengerti untuk apa Rasulullah diutus

QS.61/9 Dialah yang mengutus RasulNya dengan petunjuk dan diin yang haq agar dimenengkannya diin itu atas segala diin, walau kaum musyrikin membencinya.

Al Quran itu diberikan kepada manusia adalah sebagai methode (sunnah) untuk memenangkan diin Islam, setiap "amalan" sholeh yang tidak ada kaitannya dengan menegakkan diin adalah suatu kesia-siaan:

[QS.18/103] Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
[QS.18/104] Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
[QS.18/105] Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
[QS.18/106] Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.
[QS.18/107] Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,
[QS.18/108] mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.

Orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah adalah orang yang tidak mau diatur hidupnya berdasarkan ayat-ayat Allah.

Karena salah menyikapi mengenai hari qiyamah, maka banyak manusia salah bertindak dalam hidupnya, dikira akhirat itu adalah lam sesudah mati. Oleh karenanya orang berlomba menyimpan pahala untuk bekal mati, untuk itu mereka tidak menganggap penting untuk taat hanya kepada Allah dengan menjadikan ayat-ayat Allah sebagai hukum, dipuas-puaskan hidupnya hanya untuk kecintaan kepada dunia dan syahwat, yang penting sudah menjalankan 5 perkara sebagai "tabungan" hari akhirat. Padahal itu kan hanya sangka-sangka mereka.

Menurut Allah manusia itu hanya akan hidup sejahtera, adil, aman kalau mereka mentaati hukum Allah saja..Karena saat ini manusia tidak sedang taat kepada Allah, maka marilah wahai mu'min yang sadar kita berhimpun untuk berjuang menyongsong datangnya Nur Allah yang akan menyinari kehidupam manusia dibumi Allah..